Hari Kamis 04 Oktober 2012, udara yang terkotori bekas pembakaran dari hutan di Kotawaringin Barat masih menggeliat pada pagi itu. Tapi semangat para peserta Pawai Nasi Adab se-Kobar tidak terhalangi oleh hal tersebut, apalagi siswa SMPN-1 Arut Selatan yang begitu antusias dengan pawai yang baru kali ini ada dalam 3 tahun. Mereka merelakan diri untuk datang lebih awal ke sekolah. Hampir semua siswa mengikuti pawai yang diadakan untuk merayakan HUT Kobar ke 53 ini.
Barisan siswa untuk pawai diatur di sekolah yang
dikatakan sebagai Sekolah Sobat Bumi ini. Hampir semua aspek mulai dari
pramuka, drum band, paskibra, adat istiadat sampai hal tentang SSB pun
ditampilkan oleh siswa SMPN-1 Arut Selatan. Tidak hanya itu
juga, SMPN Negeri 1 Arsel ini juga menampilkan berbagai macam profesi mulai
dari Tokoh masyarakat, dokter sampai bupati tapi, yang menjadi tokohnya adalah
anak anak kelas tujuh yang masih ada sifat kekanakan di wajahnya. Dan siswa
kelas 7 juga ada yang menjadi siswa dari dari berbagai jenjang pendidikan mulai
dari TK sampai Mahasiswa.
Memang, adat istiadat takkan terlepaskan dari
pawai ini. Karena, adat istiadat daerah Kutawaringin ini memang unik dan perlu
dilestarikan oleh generasinya supaya tidak punah. Sekolah Sobat Bumi yang
termasuk dalam sekolah terfavorit di Pangkalan Bun ini juga menampilkan
berbagai macam adat istiadat kutawaringin dan permainan tradisional suku dayak
yang dibawakan oleh siswa kelas 8 dan 9. Diantaranya adalah Mandi Pengantin
yang dibawakan oleh kelas yang dianggap kelas tertua dan unggulan di SMPN 1
Arsel, lalu, Tampung tawar pengantin oleh kelas 9B. Mandi Bunting 7 bulan oleh
kelas IX- C, ada juga macam macam permainan anak dayak tempo dulu yang
dibawakan oleh kelas VIII-A dan masih banyak lagi hal hal yang ditampilkan oleh
kelas lainnya.
Warna kuning memang sangat pekat tak
terlepaskan di pawai ini, Hampir semua peserta pawai baik laki-laki maupun
perempuan memakai baju dan celana yang warnanya mencerminkan kejayaan dan
kekayaan ini.
Barisan siswa dan siswi yang berpakaian sesuai
temanya masing masing ini berjalan kaki dari
sekolah menuju garis start yang berada di istana kuning. Banyaknya peserta yang
seperti jejeran ribuan semut yang ingin mencari makan di Pawai ini membuat kami
mengantri menuju garis start. Hal itu berlangsung cukup lama dan membuat kami
mulai merasa jenuh ditambah lagi suhu menjadi sangat panas.
Hampir seluruh jalan dipenuhi oleh peserta
pawai yang ingin berpartisipasi untuk merayakan hari ulang tahun kobar ini,
ditambah lagi dengan besarnya antusias dari masyarakat Pangkalan Bun maka hal yang sangat lumrah kemacetan yang
terjadi akibat banyaknya peserta dan
kendaraan beroda empat yang diperindah dengan berbagai hiasan di pawai ini.
Bahkan sampai ada yang berdesak desakan karena ingin cepat sampai. Di tambah
lagi kelelahaan dan hawa panas yang dirasakan oleh seluruh peserta tak
terkecuali siswa SMPN 1 Arut Selatan sehingga tidak sedikit siswa yang keluar
barisan hanya demi mencari minuman penghilang dahaga.
Ketika Sampai Di depan Kodim suasana barisan
sudah tak terlihat indah lagi yang diakibatkan oleh kegelisahan para peserta
pawai. Ditambah lagi dengan Jalan yang menjadi satu satu akses sudah sangat kotor
akibat dari plastik plastik yang dibuang oleh para peserta pawai yang tidak
bertanggung jawab.
Tapi, pada saat itu munculah 3 orang pria yang
bisa dikatakan berani gila dan mungkin sudah hilang rasa malunya. Salah satu
dari pria tersebut memakai baju yang layaknya seperti tukang jamu, kulitnya
memakai pupur basah kuning hingga sampai mukanya, berkaca mata hitam dan
perutnya diberi bola supaya kelihatan seperti orang yang hamil. Lalu pria
satunya berkostum layaknya seorang dukun beranak. Dan pria terakhir dengan
postur tubuh yang agak besar memakai baju dan celana layaknya bayi dengan
menggeganggam botol minuman bayi ukuran jumbo dan memakai kaca mata hitam dan
topi bayi, bayi itu berputar putar mengelilingi “si orang hamil” dan “si dukun
beranak”. Mereka bertiga diikuti oleh sebuah gerobak yang bertuliskan “Tradisi
mandi 7 bulan & bayi nakal”.
Salah hal unik
dari yang ditampilkan sekolah ini adalah
salah satu siswa kelas IX mengenakan kostum yang dipinjamkan dari
Sebuah yayasan yang melindungi satwa yang tinggal menggelantungan di hutan
belantara. Kostum tersebut ialah tak lain kostum yang mencerminkan
satwa primata yang hampir
punah dan dilindungi oleh yayasan tersebut. Hal itu membuat banyak anak-anak
yang tertarik dan juga takut melihat anak kelas 9 yang memakai kostum itu.
Banyak reaksi anak anak di jalan yang ketakukan melihat kostum yang besar itu
menghampiri mereka. Dan yang lucunya lagi ketika sampai di depan TK
Bhayangkari. Siswa yang mengenakan kostum orang utan ini terjatuh ke dalam
selokan.
Macet mulai berkurang ketika hendak dekat
dengan tempat mobil pemadam kebakaran, para peserta mulai merapikan barisannya
karena di depan tempat mobil pemadam kebakaran ada Bapak Bupati yang memimpin
daerah Bumi Marunting Batu Aji. Ketika sampai di depan tenda, peserta disambut
oleh banyak pejabat dan bupati yang berpakain tulak belanga berwarna kuning.
Setelah selesai Barisan mulai kacau kembali
walaupun barisan tidak semacet ketika di depan pasar Indra Sari. Tapi,
masyarakat tetap antusias melihat pawai ini. Hampir di semua jalur jalan
dipenuhi masyarakat Pangkalan Bun. Perjalanan Pawai yang dialakukan oleh siswa
SMPN 1 Arsel yang lumayan jauh itu
berakhir ketika masuk ke pintu gerbang sekolah yang berlamat di jalan Pangeran
Dipenogoro, kecamatan Arut Selatan,
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar