#menubar{ width:900px; height:32px; background:#de360f; margin: 0 auto; } #menubar ul{ float:left; margin:0; padding:0; } #menubar li{ float:left; list-style:none; margin:0; padding:0; } #menubar li a, #menubar li a:link{ border-right:1px solid #F0512D; float:left; padding:8px 12px; color:#fff; text-decoration:none; font-size:13px; font-weight:bold; } #menubar li a:hover, #menubar li a:active, #menubar .current_page_item a { color:#ffa500; text-decoration:underline; } #menubar li li a, #menubar li li a:link, #menubar li li a:visited{ font-size: 12px; background: #de360f; color: #fff; text-decoration:none; width: 150px; padding: 0px 10px; line-height:30px; } #menubar li li a:hover, #menubar li li a:active { background: #F0512D; color: #ffa500; } #menubar li ul{ z-index:9999; position:absolute; left:-999em; height:auto; width:170px; margin-top:32px; border:1px solid ##F0512D; } #menubar li:hover ul, #menubar li li:hover ul, #menubar li li li:hover ul, #menubar li.sfhover ul, #menubar li li.sfhover ul, #menubar li li li.sfhover ul{ left:auto } #menubar li:hover, #menubar li.sfhover{ position:static }

Minggu, 18 November 2012

Pawai Nasi Adab dalam rangka Hut Kobar



Hari Kamis 04 Oktober 2012, udara yang terkotori bekas pembakaran dari hutan di Kotawaringin Barat masih menggeliat pada pagi itu. Tapi semangat para peserta Pawai Nasi Adab se-Kobar tidak terhalangi oleh hal tersebut, apalagi siswa SMPN-1 Arut Selatan yang begitu antusias dengan pawai yang baru kali ini ada dalam 3 tahun. Mereka merelakan diri untuk datang lebih awal ke sekolah. Hampir semua siswa mengikuti pawai yang diadakan untuk merayakan HUT Kobar ke 53 ini.
Barisan siswa untuk pawai diatur di sekolah yang dikatakan sebagai Sekolah Sobat Bumi ini. Hampir semua aspek mulai dari pramuka, drum band, paskibra, adat istiadat sampai hal tentang SSB pun ditampilkan oleh siswa SMPN-1 Arut Selatan. Tidak hanya itu juga, SMPN Negeri 1 Arsel ini juga menampilkan berbagai macam profesi mulai dari Tokoh masyarakat, dokter sampai bupati tapi, yang menjadi tokohnya adalah anak anak kelas tujuh yang masih ada sifat kekanakan di wajahnya. Dan siswa kelas 7 juga ada yang menjadi siswa dari dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari TK sampai Mahasiswa.

Memang, adat istiadat takkan terlepaskan dari pawai ini. Karena, adat istiadat daerah Kutawaringin ini memang unik dan perlu dilestarikan oleh generasinya supaya tidak punah. Sekolah Sobat Bumi yang termasuk dalam sekolah terfavorit di Pangkalan Bun ini juga menampilkan berbagai macam adat istiadat kutawaringin dan permainan tradisional suku dayak yang dibawakan oleh siswa kelas 8 dan 9. Diantaranya adalah Mandi Pengantin yang dibawakan oleh kelas yang dianggap kelas tertua dan unggulan di SMPN 1 Arsel, lalu, Tampung tawar pengantin oleh kelas 9B. Mandi Bunting 7 bulan oleh kelas IX- C, ada juga macam macam permainan anak dayak tempo dulu yang dibawakan oleh kelas VIII-A dan masih banyak lagi hal hal yang ditampilkan oleh kelas lainnya.
Warna kuning memang sangat pekat tak terlepaskan di pawai ini, Hampir semua peserta pawai baik laki-laki maupun perempuan memakai baju dan celana yang warnanya mencerminkan kejayaan dan kekayaan ini.
Barisan siswa dan siswi yang berpakaian sesuai temanya masing masing ini berjalan kaki dari sekolah menuju garis start yang berada di istana kuning. Banyaknya peserta yang seperti jejeran ribuan semut yang ingin mencari makan di Pawai ini membuat kami mengantri menuju garis start. Hal itu berlangsung cukup lama dan membuat kami mulai merasa jenuh ditambah lagi suhu menjadi sangat panas.
Hampir seluruh jalan dipenuhi oleh peserta pawai yang ingin berpartisipasi untuk merayakan hari ulang tahun kobar ini, ditambah lagi dengan besarnya antusias dari masyarakat Pangkalan Bun  maka hal yang sangat lumrah kemacetan yang terjadi akibat banyaknya peserta  dan kendaraan beroda empat yang diperindah dengan berbagai hiasan di pawai ini. Bahkan sampai ada yang berdesak desakan karena ingin cepat sampai. Di tambah lagi kelelahaan dan hawa panas yang dirasakan oleh seluruh peserta tak terkecuali siswa SMPN 1 Arut Selatan sehingga tidak sedikit siswa yang keluar barisan hanya demi mencari minuman penghilang dahaga.
Ketika Sampai Di depan Kodim suasana barisan sudah tak terlihat indah lagi yang diakibatkan oleh kegelisahan para peserta pawai. Ditambah lagi dengan Jalan yang menjadi satu satu akses sudah sangat kotor akibat dari plastik plastik yang dibuang oleh para peserta pawai yang tidak bertanggung jawab.
Tapi, pada saat itu munculah 3 orang pria yang bisa dikatakan berani gila dan mungkin sudah hilang rasa malunya. Salah satu dari pria tersebut memakai baju yang layaknya seperti tukang jamu, kulitnya memakai pupur basah kuning hingga sampai mukanya, berkaca mata hitam dan perutnya diberi bola supaya kelihatan seperti orang yang hamil. Lalu pria satunya berkostum layaknya seorang dukun beranak. Dan pria terakhir dengan postur tubuh yang agak besar memakai baju dan celana layaknya bayi dengan menggeganggam botol minuman bayi ukuran jumbo dan memakai kaca mata hitam dan topi bayi, bayi itu berputar putar mengelilingi “si orang hamil” dan “si dukun beranak”. Mereka bertiga diikuti oleh sebuah gerobak yang bertuliskan “Tradisi mandi 7 bulan & bayi nakal”.
 Salah hal unik dari yang ditampilkan  sekolah ini adalah salah satu siswa kelas IX mengenakan kostum yang dipinjamkan dari Sebuah yayasan yang melindungi satwa yang tinggal menggelantungan di hutan belantara. Kostum tersebut ialah tak lain kostum yang mencerminkan satwa primata yang hampir punah dan dilindungi oleh yayasan tersebut. Hal itu membuat banyak anak-anak yang tertarik dan juga takut melihat anak kelas 9 yang memakai kostum itu. Banyak reaksi anak anak di jalan yang ketakukan melihat kostum yang besar itu menghampiri mereka. Dan yang lucunya lagi ketika sampai di depan TK Bhayangkari. Siswa yang mengenakan kostum orang utan ini terjatuh ke dalam selokan.
Macet mulai berkurang ketika hendak dekat dengan tempat mobil pemadam kebakaran, para peserta mulai merapikan barisannya karena di depan tempat mobil pemadam kebakaran ada Bapak Bupati yang memimpin daerah Bumi Marunting Batu Aji. Ketika sampai di depan tenda, peserta disambut oleh banyak pejabat dan bupati yang berpakain tulak belanga berwarna kuning.
Setelah selesai Barisan mulai kacau kembali walaupun barisan tidak semacet ketika di depan pasar Indra Sari. Tapi, masyarakat tetap antusias melihat pawai ini. Hampir di semua jalur jalan dipenuhi masyarakat Pangkalan Bun. Perjalanan Pawai yang dialakukan oleh siswa SMPN 1 Arsel yang lumayan jauh  itu berakhir ketika masuk ke pintu gerbang sekolah yang berlamat di jalan Pangeran Dipenogoro, kecamatan Arut Selatan,  Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar